Seiring dengan pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan ledakan jumlah penduduk ada masalah krusial yang selalu menyertainya, salah satunya adalah masalah sampah. Ini berlaku umum bukan hanya di Indonesia saja. Masalah sampah adalah salah satu masalah besar yang muncul dimana pemecahannya perlu sebuah strategi yang terkoordinir antara individu, keluarga, masyarakat, institusi pemerintah, lembaga penelitian sampai lembaga pendidikan. Masing masing pihak mempunyai peran yang penting didalam proses pengelolaan sampah baik skala kecil maupun skala besar.
Untuk soal sampah, saya pribadi berpendapat kita tidak bisa melulu menyalahkan pemerintah karena secara umum, kesadaran kita sendiri soal pengelolaan sampah masih rendah. Contohnya saja, sering kita lihat orang naik mobil bagus tiba tiba buka jendela terus buang sampah dijalan sembarangan. Ada lagi orang yang membonceng motor sambil merokok tiba tiba saja membuang puntungnya dengan wajah tidak bersalah. Bahkan orang yang hatinya sedang berbunga bunga, yang sedang pacaran dipusat kota juga sering kita temui buang sampah seenaknya. Intinya di negara kita yang namanya buang sampah seenaknya itu mudah sekali kita temui dan pelakunya tidak memandang umur, pendidikan, profesi maupun latar belakang ekonomi.
Masalah sampah adalah masalah yang sangat kompleks. Kalau jumlahnya sedikit misalnya saja 1 karung tentu tidak akan menimbulkan masalah yang berarti. Tapi jika jumlahnya sangat banyak misalnya saja dalam satu kecamatan dalam 1 minggu sampai puluhan ton dengan jenis sampah yang beragam tentu akan menimbulkan masalah yang besar jika tidak tertangani secara baik. Berbagai masalah akan muncul mengiringinya mulai dari masalah lingkungan yang kotor yang tidak enak dipandang, bau menyengat, masalah kesehatan sampai dengan masalah pencemaran atau perusakan lingkungan. Karena permasalahan sampah yang begitu kompleks ini, saya pikir kita tidak perlu sungkan dan gengsi belajar ke negara lain tentang pengelolaan sampah. Jangan ada pemikiran ah cuman mau ngatasi sampah saja harus belajar ke negara lain. Kita buang gengsi itu demi kebaikan lingkungan kita di masa yang akan datang.
Dari hasil penelurusan saya, sejarah pengelolaan sampah di Jepang ternyata sudah sangat panjang. Dimulai dari jaman edo atau edo jidai yaitu sekitar tahun 1600. Saat itu sampah dipisah menjadi sampah yang bisa dipakai lagi dan sampah yang benar benar sampah. Tahun 1990 ketika pertumbuhan ekonomi Jepang mencapai puncaknya, salah satu efek negatifnya sampah di Jepang berlipat lipat jumlahnya. Mulai saat itu diterapkan aturan baru tentang pengelolaan atau pembagian sampah seperti saat ini yaitu sampah bisa dibakar dan tidak bisa dibakar. Didalamnya dirinci lagi menjadi sampah dapur, plastik, botol plastik, kertas, kaleng, kaca, alumunium, baterai, besi sampai sampah campuran yang tidak bisa dibakar.
Sebelum datang ke Jepang 9 tahun yang lalu, saya sudah dengar tentang pengolaan sampah di Jepang. Bahwa buang sampah di Jepang harus dipisah pisah, itu saya tahu dan saya pikir itu masalah sederhana saja. Tapi begitu datang ke Jepang ternyata saya baru sadar bahwa persoalan sampah begitu besar karena jumlahnya yang menggunung serta jenisnya yang begitu banyak. Karena itu persoalan sampah di Jepang diatur sangat ketat mulai dari jadwal buang sampah, jam buang, tempat, warna plastik tempat sampah sampai sanksi bagi yang melanggar. Karena menurut saya, pengelolaan sampah di Jepang masuk kategori baik sekali dan layak ditiru, mungkin saja pengelolaan sampah di Jepang bisa dijadikan bahan pembelajaran buat kita. Tentang poin poin pengelolaan sampah di Jepang akan saya coba bahas satu per satu menurut bahasa dan versi saya.
1. Peran Lembaga Pendidikan Dalam Pengelolaan Sampah
Peran lembaga pendidikan dalam pengelolaan sampah sangat penting sekali. Salah satu fungsi lembaga pendidikan dalam hal pengelolaan sampah adalah menyadarkan generasi muda Jepang tentang etika, bahaya dan efek buruk sampah melalui jalur pendidikan sejak dini. Salah satu hal yang menarik adalah bukan hanya mengajarkan teori belaka tetapi turut aktif terjun langsung dengan cara mengerahkan semua muridnya untuk membersihkan sampah di dalam lingkungan sekolah dan sekitarnya. Program seperti ini dikalangan masyarakat Jepang dikenal dengan istilah gomi zero, gomi artinya sampah dan zero artinya nol jadi bisa diartikan gerakan tidak ada sampah. Bukan hanya dikalangan taman kanak kanak dan sekolah dasar, program gomi zero dikalangan lembaga pendidikan juga dilakukan sampai tingkat universitas dengan cara sama seperti anak anak sekolah dasar, yaitu membersihkan lingkungan dalam kampus dan sekitarnya.
2. Peran Serta Perusahaan
3. Masyarakat Juga Tidak Mau Kalah
4. Regulasi Yang Tokcer Dari Pemerintah Jepang
Poin keempat yaitu regulasi ini sangat vital bagi pengelolaan sampah di Jepang. Karena jika tidak ada regulasi yang hebat pengelolaan sampah di Jepang tidak akan berjalan dengan baik. Regulasi yang bersifat menyeluruh diatur oleh pemerintah pusat, sedangkan yang bersifat teknis diatur oleh pemerintah daerah. Bagaimana contoh nyata dari regulasi tentang pengelolaan sampah di Jepang? Akan coba saya bahas satu per satu.
a. Jadwal Membuang Sampah Per Tahun Yang Jelas
b. Pembagian Jenis Sampah Yang Detil
c. Lokasi Tempat Buang Sampah
d. Warna Plastik Tempat Sampah Yang Berbeda
Setiap daerah menerbitkan kantong plastik yang warnanya berbeda beda dan tertulis nama daerahnya. Ditempat saya sampah rumah tangga yang bisa dibakar kantong plastiknya berwarna hijau, sampah plastik berwarna merah dan kerta berwarna kuning. Kantong plastik didaerah tempat tinggal saya hanya berlaku di daerah saya. Jika dibuang di daerah lain tidak akan diangkut oleh petugas. Jadi jangan sampai salah dari pada ribet kena masalah.
e. Fasilitas Pengelohan Sampah Yang Lengkap
Clean Center Tempat Pengolahan Sampah Di Jepang |
Fasilitas pengolahan sampah di Jepang terkenal dengan istilah Kurin Senta atau Clean Center. Pengolahan sampah disini kalau di Indonesia kita kenal dengan istilah Tempat Pembuangan Akhir atau TPA. Tapi ada perbedaan yang mencolok antara TPA di Indonesia dan di Jepang. TPA di Indonesia identik dengan sampah yang jumlahnya menggunung dan baunya hebat sekali. Sedangkan di Jepang yang namanya TPA bentuknya kayak gedung perkantoran yang punya tower. Jadi bagus dan jauh dari kesan jorok. Lingkungan sekitar juga tidak akan protes karena memang tidak mengeluarkan bau tidak sebab. Kenapa kok tidak bau? Karena sampah yang dikumpulkan diproses sesuai dengan jenis sampahnya. Untuk sampah rumah tangga dibakar sedangkan sampah jenis lainnya didaur ulang untuk dijadikan produk lain. Jadi boleh dikatakan tidak ada yang tersisa karena semua diproses lebih lanjut.
Begitulah kira kira pengelolaan sampah di Jepang menurut bahasa saya. Hasilnya benar benar luar biasa, Jepang bisa menjadi salah satu negara terbersih di dunia. Semoga saja semakin banyak pelajar pelajar kita yang belajar mengenai pengelolaan sampah di Jepang sehingga suatu saat bisa diterapkan di Indonesia. Amin.
No comments:
Post a Comment